Menulis Cerita Fiksi

 



RESUME KELAS BELAJAR MENULIS NUSANTARA PGRI
OLEH : SETYOWATI

PERTEMUAN 9 GELOMBANG 29
JUMAT, 14 JULI PUKUL 19.00
KIAT MENULIS CERITA FIKSI
NARASUMBER : SUDOMO, S.Pt
MODERATOR    : AROFIAH AFIFI, S.Pd

               Bintang  menyapa angin yang bersemilir malam ini. Kerlipnya berbinar-binar menyinari dunia bersama angin berhembus. "Duhai angin kiranya dirimu tak pernah lelah memberikan kesejukan". Angin tersenyum mendengarkannya. " Saat sejuk datang, berharap kan datang kenyamanan, demikian halnya bintang, kehadiranmu tentu memberi warna indah karena-Nya"
                 Terbersit dalam benak apakah hal di atas bagian dari teks fiksi? 
         Memulai untuk belajar tentang menulis Cerita Fiksi malam ini bersama Bapak Sudomo didampingi oleh Ibu Arofiak Afifi. Seperti sekolah, alur pembelajaran disusun secara sistematis. Beliau menuntun peserta pada awal kegiatan dengan reflektif. Kegiatan merenung dilakukan dengan beberapa pertanyaan seputar diri. Seberapa sering menulis cerita fiksi? Mengapa tertarik menulis fiksi? Apa yang dipahami tentang menulis fiksi? Dan bagaimana bisa menulis fiksi dengan baik? 
                 Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengajak pikiran untuk menyelami aktivitas penulisan fiksi yang belum, pernah, atau sudah dilakukan. Setiap penulis tentu memiliki karakter sendiri dalam penulisannya. Dan setiap penulis, tentu ingin mengetahui dan mengembangkan kompetensi tulisannya. Tulisan cerita fiksi adalah salah satu alternatif yang dapat dikembangkan melalui tuntunan Bapak Sudomo malam ini.
                 Memasuki alur selanjutnya, peserta diajak untuk bereskplorasi konsep dengan mengetahui tujuan belajar menulis cerita fiksi sebagai alasan membuatnya. Dalam Materi Menulis Cerita Fiksi yang disajikan melalui Youtube, beliau memaparkan tujuan. Sebagai penguatan Asesmen Kompetensi Minimum bagi siswa merupakan salah satu alasan yang dapat melatarbelakangi seorang pemula penulis untuk belajar menulis cerita Fiksi. Dengan konsep bintang dan angin yang mencoba terus memberikan keberartian dengan segala keunikannya, belajar menulis cerita fiksi ini tentu menjadi panggilan untuk berbagi tulisan dengan siswa, selain untuk menemukan passion atau hal menarik lainnya.

                    Tak hanya tujuan, dibutuhkan ketentuan atau syarat- syarat pendukung untuk menghasilkan tulisan cerita fiksi.  Syarat Menulis Cerita Fiksi meliputi :
1. Komitmen dan niat yang kuat untuk menyelesaikan apa yang telah dimulai;
2. Kemauan dan kemampuan melakukan riset agar cerita fiksi tetap logis;
3. Banyak membaca cerita fiksi sebagai bekal tambahan terkait teknik penulisan;
4. Mempelajari KBBI dan PUEBI;
5. Memahami dasar-dasar menulis fiksi, dan
6. Menjaga komitmen menulis cerita fiksi.
Nah.. pointer pertama inilah yang boleh diberi garis bawah. Komitmen dan Niat. Jika sudah memulai,  maka tentu butuh usaha kuat untuk menyelesaikannya. Tantangan dan rintangan pasti ada terutama bagi pemula, tapi kembali pada poin 1 ( kuatkan komitmen dan niatnya) selebihnya tangan-Nya yang akan mengaturnya. 
                     Hal pokok lain yang perlu dikuasai adalah memahami unsur pembangun cerita fiksi. Keberadaan tema, premis, alur, penokohan, latar/setting, maupun sudut pandang menjadi bagian yang perlu dipelajari. Tema merupakan unsur utama adalah cerita fiksi. Ide pokok akan mengarahkan cerita pada sebuah alur mulai dari permulaan hingga konklusi dengan penokohan yang ingin disajikan.                            Selanjutnya ada premis yang perlu dipelajari. Premis bisa diartikan sebagai ringkasan/sinopsis cerita fiksi yang mengandung tokoh, karakter, tantangan/rintangan, dan resolusi hanya dalam satu kalimat. Premis dibuat untuk menggambarkan secara singkat isi cerita sebagai bagian utuh. Yang perlu dipertajam adalah apa yang menjadi tantangan si tokoh.
Contoh Premis:
Seorang anak laki-laki yang berjuang membalaskan dendam kematian orang tuanya dengan melawan penyihir jahat. 
Membaca premis ini maka terbayang sebuah cerita terkenal. Ya betul. Premis ini menggambarkan tentang cerita Harry Potter yang terkenal itu..
                Tahap berikutnya adalah proses kreatif. Berdasarkan pengalaman beliau, proses kreatif terutama untuk menulis cerpen dimulai dengan menentukan tema, ending ceritanya, barulah menentukan genre yang sesuai (romance, horor, dll). Setelah itu barulah beliau membuat kerangka karangan. Kerangka karangan ( outline ) sederhana berupa tema, premis, alur/plot, penokohan, latar/setting, dan sudut pandang tulisan.
                  Terakhir adalah mengembangkan kerangka yang telah dibuat menjadi tulisan utuh. Yang perlu diperhatikan dalam menulis adalah prinsip selesaikan apa yang telah dimulai dan jangan menulis sambil mengedit. Setelah tulisan selesai, silakan melakukan swasunting. Swasunting terkait logika cerita, penulisan, dan tata bahasa. Bisa juga meminta bantuan teman lain sebagai pembaca pertama untuk memberikan masukan.
                        Asyiknya pembelajaran malam ini yaitu dengan adanya ruang kolaborasi. Wuih.. kami diajak menulis bersama master nih. Jemari beliau  menggulirkan runtunan kalimat. Lalu kami coba menyambungnya sebagai cerita utuh.
Brak!
Terdengar suara daun pintu dibanting. Kepalaku memutar menuju sumber suara. Kosong. Dalam remang, mataku menangkap sebuah bayang hitam. Sepertinya aku mengenalinya.
Yuk kita lanjutkan .... 
Angin menerpa wajahku saat bayang hitam itu muncul. Bintang seakan bersembunyi pula saat ia berlari. Duh.. kemana pula bintangku? Hanya temaram lilin yang menemani malam ini saat listrik padam. 
Kutarik nafas dalam.
" Meong...meong"
Suara Noni menghapus lamunanku. Iya Noni, kucing kesayanganku telah menabrak daun pintu itu.       " Noni, Noni  kan kasihan daun pintunya,"
                             Wah ternyata semakin menarik pembelajarannya.  Teman-teman peserta KBMN maupun lainnnya , Yuk kita kembangkan. Apa lagi ya?? Berikutnya, beliau menggali pemahaman peserta dengan demonstrasi kontekstual. Kami dilatih untuk menuliskan 5 tema cerita fiksi dan mengembangkan menjadi premis. Sebagai contoh :
Tema yang ingin diajukan persahabatan, Perjuangan, Garis Nasib, Kolaborasi, Penemuan.
Premisnya : Seorang siswa yang menemukan perjuangan untuk memperoleh sahabat hingga mampu mengubah garis nasibnya dengan berkolaborasi.
                                    Agar dapat disusun sebagai cerita,  alur elaborasi pemahaman perlu dilakukan yaitu kita mencari referensi lain terkait materi menulis fiksi. Perbanyak membaca karya fiksi dari penulis lain sebagai bahan belajar tambahan. 
                                    Tak lupa, pada akhir paparan beliau menyampaikan saran koneksikan antarmateri. Kegiatan membuat koneksi semua materi yang telah diberikan dalam bentuk aksi nyata bagian tulisan menjadi menarik. Koneksi akan menghubungkan semua ilmu yang telah diberikan untuk saling terhubung dan menjadi kesatuan dalam tulisan. Ayo semangat mencoba bersama dalam tulisan cerita fiksi ! Ingat tujuannya, berusaha dan terus berusaha.  






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jejak Kebaikan Pengukir Prestasi

Belajar dari Resume

Interaktif Blog